.

Selamat Datang Di Mari Belajar IPS

Sabtu, 23 April 2011

Sam Ratulangi

Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi atau lebih dikenal dengan nama Sam Ratulangi lahir di Tondano, Sulawesi Utara, 5 November 1890 – meninggal di Jakarta, 30 Juni 1949 pada umur 58 tahun adalah seorang politikus Minahasa dari Sulawesi Utara, Indonesia. Ia adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Sam Ratulangi juga sering disebut-sebut sebagai tokoh multidimensional. Ia dikenal dengan filsafatnya: "Si tou timou tumou tou" yang artinya: manusia baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia.

Sam Ratulangi juga adalah Gubernur Sulawesi yang pertama. Ia meninggal di Jakarta dalam kedudukan sebagai tawanan musuh pada tanggal 30 Juni 1949 dan dimakamkan di Tondano. Namanya diabadikan dalam nama bandar udara di Manado yaitu Bandara Sam Ratulangi dan Universitas Negeri di Sulawesi Utara yaitu Universitas Sam Ratulangi.

Kristina Martha Tiahahu

Martha Christina Tiahahu lahir di Nusa Laut, Maluku, 4 Januari 1800 – meninggal di Laut Banda, Maluku, 2 Januari 1818 pada umur 17 tahun adalah seorang gadis dari Desa Abubu di Pulau Nusalaut. Lahir sekitar tahun 1800 dan pada waktu mengangkat senjata melawan penjajah Belanda berumur 17 tahun. Ayahnya adalah Kapitan Paulus Tiahahu, seorang kapitan dari negeri Abubu yang juga pembantu Thomas Matulessy dalam perang Pattimura tahun 1817 melawan Belanda.

Martha Christina tercatat sebagai seorang pejuang kemerdekaan yang unik yaitu seorang puteri remaja yang langsung terjun dalam medan pertempuran melawan tentara kolonial Belanda dalam perang Pattimura tahun 1817. Di kalangan para pejuang dan masyarakat sampai di kalangan musuh, ia dikenal sebagai gadis pemberani dan konsekwen terhadap cita-cita perjuangannya.

Sejak awal perjuangan, ia selalu ikut mengambil bagian dan pantang mundur. Dengan rambutnya yang panjang terurai ke belakang serta berikat kepala sehelai kain berang (merah) ia tetap mendampingi ayahnya dalam setiap pertempuran baik di Pulau Nusalaut maupun di Pulau Saparua. Siang dan malam ia selalu hadir dan ikut dalam pembuatan kubu-kubu pertahanan. Ia bukan saja mengangkat senjata, tetapi juga memberi semangat kepada kaum wanita di negeri-negeri agar ikut membantu kaum pria di setiap medan pertempuran sehingga Belanda kewalahan menghadapi kaum wanita yang ikut berjuang.

Di dalam pertempuran yang sengit di Desa Ouw – Ullath jasirah Tenggara Pulau Saparua yang nampak betapa hebat srikandi ini menggempur musuh bersama para pejuang rakyat. Namun akhirnya karena tidak seimbang dalam persenjataan, tipu daya musuh dan pengkhianatan, para tokoh pejuang dapat ditangkap dan menjalani hukuman. Ada yang harus mati digantung dan ada yang dibuang ke Pulau Jawa. Kapitan Paulus Tiahahu divonis hukum mati tembak. Martha Christina berjuang untuk melepaskan ayahnya dari hukuman mati, namun ia tidak berdaya dan meneruskan bergerilyanya di hutan, tetapi akhirnya tertangkap dan diasingkan ke Pulau Jawa.

Di Kapal Perang Eversten, Martha Christina Tiahahu menemui ajalnya dan dengan penghormatan militer jasadnya diluncurkan di Laut Banda menjelang tanggal 2 Januari 1818. Menghargai jasa dan pengorbanan, Martha Christina dikukuhkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Mgr.Albertus Sugiyopranoto

Sugiyopranoto lahir pada tanggal 25 November 1890 di Solo. Setelah menamatkan Sekolah Dasar Katolik di Solo, kemudian dia meneruskan pendidikan di Magelang. Setelah selesai dari sekolah guru pada tahun 1915, ia sempat mengajar selama satu tahun. selanjutnya dia mengikuti Pendidkan Imamat dan mulai aktif dalam kegiatan keagamaan. Ia dikirm ke Belanda untuk memperdalam agama Katolik, Bahasa Latin, Bahasa Yunani, serta ilmu filsafat.

Dari Belanda, ia mengajar Ilmu Pasti, bahasa Jawa, dan agama di Sekolah Guru Kolose Muntilan dengan nama Frater Sugiyo. Selain itu, dia juga aktif memimpin surat kabar mingguan berbahasa Jawa, Swaratama. Frater Sugiyo banyak mempelajaritentang penyesuaian ajaran Katolik dengan Kebudayaan Bangsa Indonesia. Pada tahun 1928, frater Sugiyo kembali ke Belanda untuk belajar ilmu Teologi. Ia juga menghadiri acara-acara Kepausan di Roma sebaga wakili-wakil Frater INdonesia. Pada tahun 1931, Frater Sugiyo ditahbiskan sebagai Imam.

Setelah kembali ke Indonesia, dua tahun kemudian, dia diangkat sebagai Pastor Pembantu di Bintaran, dan selanjutnya ia menjadi Pastor Paroki. Sesudah itu ia diangkat menjadi Penasehat Misi Yesus di Pulau Jawa pada tahun 1938. Dua berikutnya, ia menjadi Vikaris Apostolik dan memangku Jabatan Keuskupan. Sugiyopranoto merupakan orang Indonesia pertama yang menjadi Uskup Agung.

Sugiyopranotolah yang pertama kali memasukan kebudayaan Indonesia dalam ritual upacara-upacara Gereja. Di Gereja-Gereja Jawa, ia memakai gamelan sebagai musik pegiring Misa, menggantikan peran orgel. Perubahan-perubahan tersebut adalah upayanya dalam menyerasikan kebudayaan Barat dengan Kebudayaan Indonesia. Ia juga menentang pandangan pemerintah Jepang yang menyamakan Gereja sebagai pemerintahan kolonial.

Mgr.Sugiyopranoto meninggal dunia di negri Belanda pada tanggal 10 Juli 1963. Beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Giritunggal, Semarang.