.

Selamat Datang Di Mari Belajar IPS

Minggu, 09 Mei 2010

Kerajaan Sriwijaya

Sriwijaya bukan saja menjadi pusat kekuasaan yang besar,melainkan menjadi pusat kebudayaan, peradaban, dan ilmu pengetahuan Agama Buddha. Para Bhikkhu yang melawat ke Sriwijaya mempunyai tempat yang khusus. Mereka sangat dihormati oleh para penguasa dan rakyat Sriwijaya. Bhikkh yang datang ke Sriwijaya bukan hanya untuk sekedar sinngah untuk beberapa saat, melainkan mereka tinggal untuk waktu yang lama dan mempelajari agama Buddha. Adapun para Bhikkhu Buddha bangsa Tionghoa seperti I-Tsing, datang ke Sriwijaya untuk mempelajari tata bahasa Sansekerta dan menterjemahkan kitab-kitab agama Buddha dari bahasa Sansekerta ke bahasa Tionghoa. I-Tsing sendiri datang dari Nalanda membawa sekurang-kurangnya 500.000 stanza dari kitab suci agama Buddha yang bernama Tripitaka, beserta komentar-komentar dari para guru besar.

Dari tujuh Bhikkhu yang datang ke Sriwijaya bersamaan waktunya dengan kedatangan I-Tsing, ada seorang Bhikkhu yang tetap tinggal d Sriwijaya. Pendeta yang tinggal itu bernama Sakyakirti. Ia dikenal sebagai seorang Bhikkhu yang menulis kitab suci Hastadanda-sastra. Pada tahun 711 Masehi kitab suci ini diterjemahkan ke dalam bahasa Tionghoa oleh I-Tsing.

Dalam agama Buddha terdapat bermacam-macam mazbah antara lain Mahayana dan Hinayana. Sumber tertulis dan arca-arca yang ditemukan mengindikasikan bahwa agama Buddha yang berkembang di Sriwijaya beraliran Mahayana. Akan tetapi, para Bhikkhu Buddha yang mempelajari agama Buddha di Sriwijaya bukan hanya mempelajari agama Buddha aliran Mahayana melainkan aliran Tantrayana dan Mantrayana.

Sabtu, 08 Mei 2010

Buddha and Sangha In Nusantara 9-13 Century A.D.



Buddha and Sangha In Nusantara In 9-13 Century A.D.
Since the first millennium, Nusantara (western part specifically) had been always the locations where trading vessels-with traders ang tranding goods inside-from around the world passing by and made stopover. It was vey posible that Buddhist ang Hindu priest ang monks were also among the passengers. It must have been through sea transportation that the Indian culture influences spread in Nusantara.

Minggu, 02 Mei 2010

Kerajaan Tarumanegara


Raja dari Kerajaan Tarumanegara yang terkenal adalah Raja Purnawarman. Hal itu dapat diketahui dari Prasasti Ciaruteun, yang ditemukan di tepi sungai Ciaruteun, Bogor. Yang merupakan salah satu dari tujuh buah prasasti yang menceritakan Kerajaan Tarumanegara.

Dalam Prasasti Ciaruteun, terdapat gambar dua telapak kaki, disertai tulisan dalam bahasa sansekerta yang terjemahannya dalam bahasa Indonesia kira-kira sebagai berikut:
" Ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki Dewa Wisnu, alah kaki yang muliaSang Purnawarman di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia." Masa pemerintahan Purnawarman cukup lama, yakni lebih dari 22 tahun. Hal itu dapat diketahui dari Prasti Tugu, yang ditemukan di Cilincing, Jakarta.

Selain dari prasasti, keberadaan Kerajaan Tarumanegara juga dapat diketahui dari berita China. Salah satu berita China berasal dri catatan perjalanan Fa-Hien, pendeta Buddha. Ia menceritakan perjalanannya dari Sri Lanka ke Kanton pada tahun 441 setelah bertahun-tahun mempelajari agama Buddha di India. Kapal yang ditumpanginya mendarat di Ye-po-ti ( ejaan bahasa China dar kata jawadwipa, yang biasanya disamakan dengan Jawa ). Pada masa itu, hanya kerajaan Tarumanegara yang diketahui keberadaannya.

Sabtu, 01 Mei 2010

Kerajaan Kutai


Kerajaan Kutai terletak di Kalimantan Timur dianggap sebagai Kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Sumber sejarah tentang kerajaan Kutai ditemukan pada prasasti, yang tertulis pada tujuh buah yupa yang ditemukan di tepi sungai Mahakam. Prasasti tersebut ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta.

Dalam prasasti Kutai, tertulis bahwa Kudungga mempunyai anak yang bernama Aswawarman. Kemudian tertulis juga bahwa Aswawarman mempunyai anak yang bernama Mulawarman. Dalam salah satu yupa yang ditemukan itu, disebutkan bahwa Raja Mulawarman menghadiahkan 20.000 ekor sapi kepada para pendeta Hindu di Kerajaan Kutai. Pemberian hadiah dilakukan dalam sebuah upacara di tempat suci bernama Waprakeswara.

Berdasarkan nama-nama yang tertulis dalam prasasti tersebut, dapat diperkirakan bahwa Kudungga nama asli Indonesia adalah seorang datu yang mendatangkan Bhrahmana dari India untuk melakukan penobatan secara Hindu. Menurut para ahli sejarah nama kutai berasal dari istilah China kho thay, yang berarti kerajaan besar.