Sriwijaya bukan saja menjadi pusat kekuasaan yang besar,melainkan menjadi pusat kebudayaan, peradaban, dan ilmu pengetahuan Agama Buddha. Para Bhikkhu yang melawat ke Sriwijaya mempunyai tempat yang khusus. Mereka sangat dihormati oleh para penguasa dan rakyat Sriwijaya. Bhikkh yang datang ke Sriwijaya bukan hanya untuk sekedar sinngah untuk beberapa saat, melainkan mereka tinggal untuk waktu yang lama dan mempelajari agama Buddha. Adapun para Bhikkhu Buddha bangsa Tionghoa seperti I-Tsing, datang ke Sriwijaya untuk mempelajari tata bahasa Sansekerta dan menterjemahkan kitab-kitab agama Buddha dari bahasa Sansekerta ke bahasa Tionghoa. I-Tsing sendiri datang dari Nalanda membawa sekurang-kurangnya 500.000 stanza dari kitab suci agama Buddha yang bernama Tripitaka, beserta komentar-komentar dari para guru besar.
Dari tujuh Bhikkhu yang datang ke Sriwijaya bersamaan waktunya dengan kedatangan I-Tsing, ada seorang Bhikkhu yang tetap tinggal d Sriwijaya. Pendeta yang tinggal itu bernama Sakyakirti. Ia dikenal sebagai seorang Bhikkhu yang menulis kitab suci Hastadanda-sastra. Pada tahun 711 Masehi kitab suci ini diterjemahkan ke dalam bahasa Tionghoa oleh I-Tsing.
Dalam agama Buddha terdapat bermacam-macam mazbah antara lain Mahayana dan Hinayana. Sumber tertulis dan arca-arca yang ditemukan mengindikasikan bahwa agama Buddha yang berkembang di Sriwijaya beraliran Mahayana. Akan tetapi, para Bhikkhu Buddha yang mempelajari agama Buddha di Sriwijaya bukan hanya mempelajari agama Buddha aliran Mahayana melainkan aliran Tantrayana dan Mantrayana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar