Versi materi oleh Triyono Suwito dan Wawan Darmawan
1) Candi-candi di Luar Jawa
Selain di Jawa Tengah dan Timur, candi-candi banyak bertebaran di Sumatera, Jawa Barat, dan Bali. Candi-candi yang terdapat di Sumatera bercorak Mahayana. Hampir seluruhnya peninggalan Sriwijaya. Bahan bangunannya terbuat dari bata merah, bukan batu andesit seperti di Jawa. Candi-candi di Bali dan Jawa Barat bercorak Hindu.
a) Komplek Candi Muara Takus, Riau
Komplek Candi Muara Takus didirikan semasa Sriwijaya, terletak di antara Sungai Kampar Kanan dan Kampar Kiri, Riau, Jambi, Sumatera. Dalam komplek ini ada beberapa candi: Candi Tua, Candi Bungsu, Candi Mahligai, Candi Palangka.
b) Komplek Candi Padas di Tampaksiring, Bali
Komplek Candi Padang Lawas ini terletak di Gunung Kawi, daerah Tampaksiring, Bali. Candi ini didirikan sebagai makam Raja Bali yang bernama Anak Wungsu, putera terakhir Raja Udayana. Jadi, Anak Wungsu adalah adik dari Airlangga, Raja Medang Kamulan. Anak Wungsu mulai memerintah pada 1049. Semasa pemerintahnnya, Anak Wungsu meninggalkan 28 buah prasasti. Oleh rakyatnya, ia dianggap penjelmaaan Dewa Wisnu karena ia penganut Hindu-Waisnawa.
c) Komplek Candi Muara Jambi
Komplek Candi Muara Jambi didirikan semasa Kerajaan Melayu. Komplek candi terdiri atas 12 bangunan yang memperlihatkan corak Buddha Mahayana.
d) Komplek Candi Gunung Tua (Biaro Bahal) di Padang Lawas
Komplek Candi Gunung Tua terletak di Padang Lawas, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Di lokasi ini pernah ditemukan sisa-sisa biara (wihara) Buddha dan sebuah arca Lokananta dengan arca Dewi Tara yang memuat tulisan dalam bahasa Batak. Arca tersebut dibaut oleh seniman bernama Surya tahun 1042.
Komplek candi ini terdiri atas biara-biara yang letaknya berjauhan. Dari tulisan-tulisan yang ditemukan, diketahui bahwa pembuat biara ini adalah penganut Tantrayana. Oleh orang Tapanuli candi ini disebut “Biaro Bahal”. Biaro Bahal I, II, dan III saling berhubungan dan terletak dalam satu garis lurus. Biaro Bahal I adalah yang terbesar; kakinya berhiaskan papan-papan di sekelilingnya dan berukiran tokoh Dyaksa berkepala hewan sedang menari-nari. Agaknya, penari-penari tersebut memakai topeng hewan, seperti yang sering terdapat pada upacara ritual di Tibet sekarang. Pada Biaro Bahal II pernah ditemukan arca Heruka, tokoh raksasa dalam Buddha Mahayana sekte Bajrayana atau Tantrayana. Heruka tersebut berdiri di atas jenazah dalam sikap menari, tangan kanannya memegang tongkat. Pada Biaro Bahal III terdapat ukiran bermotif daun.
e) Candi Cangkuang
Candi Cangkuang terletak di Kabupaten Leles, Garut, Jawa Barat. Tinggi candi 8,5 m, kaki bangunan berukuran 4,5 x 1,5 m. Di dalam candi terdapat patung Dewa Siwa setinggi 40 cm. Ini berarti: pembuat candi ini adalah pengikut Hindu-Siwa. Diduga, Candi Cangkuang ini dibangun pada abad ke-8 M. Namun, belum ada kepastian tentang siapa yang mendirikannya. Diperkirakan candi ini ada kaitannya dengan Kerajaan Sunda atau Galuh atau Kendan.
Selain Candi Cangkuang, ada pula situs yang ditemukan di Bojong Menje, Cicalengka, Kabupaten Bandung. Para ahli memperkirakan situs Bojong Menje ini merupakan peninggalan Hindu dan usianya diduga lebih tua dari Candi Cangkuang. Sebagian sejarawan menganggap keberadaan Candi Bojong Menje ini ada hubungannya dengan Kerajaan Kendan dan Sunda Pajajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar